UAS
“FILSAFAT ILMU”
SEMESTER
I
NAMA
: SYARIF ROHENDI
KELAS
: 9 C
NPM : 14870062
SOAL
1. Phylosophy
of Science tumbuh dari confirmatory theories (positivisme), ke confirmatory
theories dan theories of explanation (postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories
of explanation (postmodernisme)
1.1
Jelaskan konsep filsafat ilmu dan
kaitannya dengan penyusunan tesis bagi mahasiswa Program Pascasarjana
1.2
Salah satu karakteristik berfikir
filsafat spekulatif, universal, dan komprehensif. Jelaskan hal itu dan berikan
ilustrasi secukupnya dlam bidang keilmuan anda.
1.3
Apa implikasi ontologi, epistemologi,
dan aksiologi bagi tentatif tesis Anda
1.4
Jelaskan perbedaan dan persamaan antara
Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah
1.5
Jelaskan keterkaitan antara latar belakang
masalah, tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran. Berikan ilustrasinya melalui
proposal tentatif tesis anda
2. Dalam
filsafat ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat dan
asumsi dasar ilmu, komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui,
serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebenarannya. Upaya membangun dan
memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan semena-mena, melainkan
dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah yang berupa
langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah berupa langkah-langkah sistematis
yang disebut metodologi penelitian.
2.1
Jelaskan keterkaitan antara filsafat
ilmu dengan metode penelitian. Berikan ilustrasinya melalui proposal penelitian
tesis anda
2.2
Jelaskan hubungan antara ilmu, filsafat, dan
agama? Berikan penjelasan yang disertai dengan ilustrasi tentang hal tersebut
2.3
Jelaskan pula komponen-komponen
pembangun ilmu
2.4
Proposisi sebagai pembangun teori atau
ilmu dan jelaskan 10 macam proposisi (5pasang) linkage proposition serta
lengkapi dengan contoh masing-masing
JAWABAN
1.1 Prof.Dr.H.Endang
Komara,M,Si menyebutkan dalam abstrak makalahnya sebagai bahan kajian sebagai
berikut :
“Filsafat
ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi
landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa
hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya. Metodologi
penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan
tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun
induktif. Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai, yang disebut
pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan
kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi
tingkat tinggi, dan hukum-hukum).” (endangkomara’s
Weblog,2009)
Beranjak dari pengertian filsafat dan
filsafat ilmu memiliki implikasi dan manfaat terhadap mahasiswa pasca sarjana
sebagai seorang ilmuwan dengan spesifiaksi bidang keilmuan yang dimiliki (khususnya
di bidang pendidikan IPS):
1. Bagi
mahasiswa yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang
memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial untuk menjadi landasan
berpijak yang kuat. Ini berarti bagi ilmuwan sosial perlu mempelajari
dasar-dasar ilmu alam secara global, sebaliknya ilmuwan ilmu alam perlu
memahami dasar-dasar ilmu sosial. Sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif
dan berguna untuk memcahkan masalah-masalah kemanusiaan.
2. Menjadi
mahasiswa tidak berpola pikir menara gading, yaitu berfikir parsialisme. Tetapi
menjadikan mahasiswa mampu mengaitkan berbagai disiplin ilmu dengan realitas
kehidupan sosial kemasyarakatan
3. Filsafat
ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadikan mahasiswa
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Artinya, mahasiswa pasca sarjana
sebagai seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya
sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap paling tahu dan “sok”
tahu. Karena dengan berfikir filsafati memunculkan kedasaran diri semakin
mengerti ketidaktahuannya akan segala sesuatu.
4. Menjadikan
mahasiwa berfikir logis-rasional. Hal ini dikarenakan filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan
harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami
dan dipergunakan secara umum.
1.2
Salah satu karakteristik berfikir filsafat spekulatif, universal dan
komprehensif. Jelaskan hal itu dan berikan ilustrasi secukupnya dalam bidang
keilmuan anda
Salah satu karakteristik berpikir
filsafati adalah komprehensif. Jelaskan hal itu dan beri ilustrasi di bidang
keilmuan. Karakteristik berpikir filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang
ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang
ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain,
kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa
kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan
paling hebat. Di atas langit masih ad langit. contoh: Socrates menyatakan dia
tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang
tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar?
Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah
kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah
pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang
benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun
sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus
menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses,
analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yangmlogis atau
tidak. Ontology ilmu berkaitan dengan apa yang menjadi bidang telaah ilmu. Saya
sependapat bahwa bidang kajian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat
diamati dan diukur. Artinya bidang kajian ilmu adalah segala sesuatu yang
berada didalam jangkauan pengalaman manusia. Pengalaman disini menunjukkan
tentang adanya sesuatu yang telah kita alami dan kita mempunyai kesempatan
untuk mengkomunikasikan pengalaman tersebut kepada orang lain atau yang kita
sebut dengan empiris. Sedangkan hal-hal yang diluar jangkauan pengalaman
manusia, misalnya apa yang terjadi sesudah seseorang meninggal dunia, bukan
merupakan bidang kajian ilmu. Kiranya sampai saat ini belum pernah ada orang
yang pulang kembali dari alam kubur dan menceritakan pengalamannya di alam
kubur.
1.3
Implikasi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi bagi Tentatif Tesis
Dalam kesempatan ini izinkan penulis
bermaksud untuk mengupas pandangan mengenai ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Pada kesempatan ini penulis mengambil contoh implikasi
ontologi,epistemologi dan aksiologi bagi penyusunan tentatif tesis tentang
PANCASILA,misalnya dengan judul “Peranan guru dalam penerapan sila-sila
Pancasila terhadap peserta didik Kelas X di SMAN 1 Saguling Kabupaten Bandung
Barat “ ,sebagai berikut:
Ø Epistemologi
Bidang ini disebut juga teori
pengetahuan, membahas mengenai sumber pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu
diperoleh. Dalam kamusnya, Runes mengartikan epistemologi sebagai “ the branch
of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of
knowledge”. Runes juga menyebut bahwa pencipta istilah epistemology adalah
J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes,1971:94)
Dengan mengkaji epistemologi dapat
diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga (3) cara, yaitu cara
sains, cara filsafat, dan cara latihan rasa, namun secara umum semua
pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar(Tafsir,1990).
Kajian epistemologis Pancasila
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan (sumber
pengetahuan, teori kebenaran pengetahuan,
watak pengetahuan).
1. nilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia.
2. logisitas
yang harmonis antara akal, rasa, dan kehendak manusia untuk memperoleh
kebenaran yang tertinggi.
3. Pancasila
mendasarkan pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai
Ø Ontologi
Secara ontologis, kajian Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari
sila-sila Pancasila. Hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia karena
manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila pancasila
Ø Aksiologi
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada
hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan tentang
Pancasila. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila. Secara utuh Pancasila dapat dikatakan memiliki syarat
sebagai sebuah sistem filsafat, disebabkan hal-hal berikut ini :
·
Sistematis, fundamental, universal,
integral, dan radikal mencari kebenaran yang hakiki
·
Filsafat yang monotheis dan religius
yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaitu Tuhan yang Maha Esa
·
Monodualisme dan monopluralisme atau
integralistik yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan kekeluargaan
·
Memiliki corak universal terutama sila I
dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama silan III, IV dan V
·
Idealisme fungsional (dasar dan fungsi
serta tujuan idiil sekaligus)
·
Harmoni Idiil (asas selaras, serasi dan
seimbang)
·
Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas,
realitas dan fleksibilitas
·
Sila-sila Pancasila merupakan satu
kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas)
Demikianlah implikasi ketiga bidang
filsafat terhadap variabel, dalam hal ini adalah Pancasila. Saya mengambil
judul tentatif tesis “Peranan guru dalam penerapan sila-sila
Pancasila terhadap peserta didik Kelas X di SMAN 1 Saguling Kabupaten Bandung
Barat “
1.4
Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat
Timur dan Sains Tauhidullah
Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat
Timur dan Sains Tauhidullah dari segi holistik antara lain :
Ø Filsafat
Barat
Filsafat ini memang dikembangkan dan
ditengarai hidup menjadi corak hidup di daerah western dunia ini terutama eropa
dan daerah-daerah jajahan mereka. Dasar dari filsafat ini adalah teori – teori
yang diwariskan dari orang Yunani Kuno. Menurut Takwin (2001) dalam pemikiran barat
konvensional pemikiran yang sistematis, radikal dan kritis seringkali merujuk
pada pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran dari sisi logika.
Aliran – aliran yang berkembang dalam konteks Filsafat Barat diantaranya Aliran
Empirisme, Positivisme, dan filsafat analitik yang memberikan kriteria bahwa
suatu pemikiran dapat dianggap filosofis apabila mengandung kebenaran
korespondensi dan koherensi.
Korespondensi artinya sebuah pengetahuan
dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empirisnya. Sebagai
contoh jika pernyataannya “air sungai mengalir” maka kebenaran terjadi apabila
secara empiris indra kita menangkap kenyataan bahwa air di sungai memang
mengalir. Jika ternyata air di sungai tidak mengalir, misalnya membeku, maka
pernyataannya dianggap salah.
Koherensi berarti sebuah pernyataan
dinilai benar apabila pernyataan itu mengandung koherensi logis, dalam artian
dapat diuji dengan menggunakan logika barat.
Filsafat Barat secara sistematis
mengkaji terhadap 3 (tiga) bidang kajian yaitu : (a)bidang kajian tentang
keberadaan/being (ontologis), (b) mengkaji pengetahuan(epistemologis), (c)
bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya
dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh Filsafat Barat adalah Wittgenstein,
Immanuel Kant, Rene Descartes
Ø Filsafat
Timur
Dikembangkan di kawasan Asia seperti
Tiongkok, India, dan daerah-daerah lain yang budayanya terpengaruh oleh
negara-negara tersebut. Sebuah ciri yang menonjol pada Filsafat Timur adalah
adanya pengaruh kuat dari religi yang terpadu dalam belief system penganutnya.
Filsafat Agama ini sebenarnya mirip
dengan Filsafat Barat pada abad pertengahan diman segala pemikiran filsafat
disandarkan pada aspek ketuhanan. Tetapi bagaimanapun di Dunia Barat Filsafat
‘an sich’ masih lebih menonjol daripada nilai-nilai agama. Beberap filsuf yang
namanya muncul dari kawasan ini diantaranya seperti Lao Tze, Kong Hu Chu,
Zhuang Zi,dan lain-lain.
Dikarenakan pengaruh agama yang begitu
kuat, kadang menyebabkan logika menerima suatu axioma, maka pemikiran filsafat
timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis,
dan tidak kritis. Sebagai contoh, pada pemikiran Cina, sistematikanya
berdasarkan pada konstruksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga
meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin,2001).
Ø Sains
Tauhidullah
Biasa dikenal dengan istilah Filsafat
Islam, menempati posisi yang unik dan istimewa. Majid Fakhri menilai filsafat
Islam sebagai mata rantai diantara filsafat barat dan filsafat timur, sehingga
filsafat Islam memiliki kesamaan di satu sisi dengan filsafat barat (dari
akarnya, yaitu Yunani Kuno) dan sisi yang lain berimpitan dengan filsafat timur
(dari sisi ketuhanannya). Kecenderungan ini didasari keyakinan bahwa filsafat
Islam telah berakhir dengan wafatnya Ibn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh
Henry Corbin dan Louis Massignon yang menilai adanya eksistensi filsafat Islam.
Namun sesungguhnya setidaknya ada dua
pendapat mengenai hal ini.
Pertama, ada anggapan bahwa orang Eropa
belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles melalui kitab-kitab
yang ditulis ulang oleh St.Agustine (354-430 M) yang kemudian diteruskan oleh
Anicius Manlius Boethius (480-524M) dan juga John Scotus. Pendapat ini dibantah
oleh Hoesin(1961) yang menyatakan bahwa salinan buku Aristoteles yang berjudul
Isagoge, Categories dan juga Porphyry telah habis diluluhlantakkan oleh pasukan
Romawi seiring dieksekusi matinya Boethius. Hal ini dibuktikan dengan penulisan
ulang yang dilakukan oleh John Salisbury, seorang Guru Besar di Universitas
Paris, terhadap buku Organon karangan Aristoteles. Salisbury menyalin buku
tersebut dari terjemahan yang menggunakan bahasa Arab, ini mengindikasikan
Eropa saat itu tidak mempunyai lagi salinan karya Aristoteles (Haerudin,2003)
Kedua, dinyatakan bahwa para filsuf
Eropa belajar filsafat dari buku-buku filsuf Yunani yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab oleh Al Kindi, Al Farabi , dan lain-lain. Dari anggapan ini,
terpotret peran filsafat Islam yang begitu vital dan krusial dalam perkembangan
filsafat ilmu.
Kartanegara (2006) meyakini adanya 4
aliran dalam filsafat Islam yaitu :periperatik, iluminasionis(israqi), irfani
(tasawuf) dan aliran hikmah muta’aliyyah (teosofi transeden). Islam menempatkan
Ilmu (al’ilm) sebagai hal yang utama, setidaknya dalam Al-Qur’an disebutkan
lebih dari 780 kali kata tersebut. Bahkan salah satu ayatnya disebutkan “ walaa
taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun” , Islam mensyaratkan ilmu untuk beramal.
Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi disebutkan :”ilmu
yang diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia
pada hari akhirat dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya,
Penciptanya, para nabiNya, utusan Alloh, umarro,sifat Tuhan, hari akhirat, dan
hal-hal yang mendekatkan diri kepada Alloh”.
Dalam Sains Tauhidulloh, fenomena alam
tidaklah berdiri tanpa relasi dan relevansinya adalah dengan kuasa Illahi.
Dengan demikian, penelitian tentang alam semeste tidaklah ditujukan untuk
“menciptakan” kebenaran, akan tetapi untuk mendorong kita untuk “mengenal”
Tuhan dan menambah keyakinan tauhidulloh. Fenomena alam bukanlah suatu
kebetulan ataupun hasil pemikiran seseorang, bukan pula berdiri independen
sebagai realitas, namun tegas Islam mendeklarasikan bahwa fenomena alam
tersebut adalah ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Fenomena Alam
sebagai ayat-ayat Qauniyyah sangat erat kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai
ayat-ayat Qouliyyah.
1.5
Jelaskan keterkaitan antara latar
belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Berikan ilustrasinya
melalui proposal tentatif anda
Penelitian adalah suatu
proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana
dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian
yang dilakukan itu memiliki bobot yang cukup memadai dan memberikan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Sumadi Suryabrata (1983) merinci
langkah-langkah penelitian pada umumnya terdiri dari ;
1. Identifikasi, pemilihan, dan
perumusan masalah
2. Penelaahan kepustakaan
3. Penyusunan Hipotesis
4. Identifikasi, klasifikasi, dan
pemberian definisi operasional variabel-variabel
5. Pemilihan atau pengembangan alat
pengambil data
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan.
Djadja Saefullah menyebutkan unsur Latar
Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran dalam penyusunan
hasil penelitian. Secara rinci beliau menjelaskan tentang hal-hal berikut :
Ø Rumusan
Masalah merumuskan masalah penelitian dengan memperhatikan :
· Menyatakan dengan jelas, tegas, dan
konkrit masalah yang akan diteliti
· Relevan dengan waktu
· Berhubungan dengan suatu persoalan
teoretis atau praktis
· Berorientasi pada teori (teori
merupakan body of knowledge)
· Dinyatakan dalam kalimat tanya atau
pernyataan yang mengandung masalah
Ø Kajian
Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya)
Sebelum menyusun tesis dan disertasi,
penulis tentunya telah mencari kemudian membahas terbitan-terbitan (publikasi)
yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Untuk itu, literature
review dari setiap terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara
kritis, yang meliputi :
· Siapa yang pernah meneliti topik atau
masalah itu
· Dimana penelitian itu dilakukan
· Apa unit dan bidang studinya
· Bagaimana pendekatan dan analisisnya
· Bagaimana kesimpulannya
· Apa kritikan terhadap studi itu
Ø Kerangka
Pemikiran
Merupakan rangkaian penalaran dalam
suatu kerangka berdasarkan premis-premis untuk sampai pada simpulan-simpulan
yang berakhir pada hipotesis-hipotesis yang akan diuji secara empiris (kalau
perlu ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran).
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat
rangkaian keterkaitan antara latar belakang masalah dengan tinjauan pustaka,
tinjauan pustaka dengan kerangka pemikiran dan latar belakang masalah dengan
kerangka pemikiran seperti berikut ini :
Dari flow chart di atas terlihat bahwa
teori-teori yang dicantumkan dalam kerangka pemikiran merupakan teori-teori
yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah.
Informasi kepustakaan yang telah
didiskusikan dan diungkap dalam kajian kepustakaan selanjutnya dipilih dalam
kerangka pemikiran berupa teori-teori dasar maupun konseptual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar