Jumat, 28 Agustus 2015

UAS FILSAFAT ILMU



UAS “FILSAFAT ILMU”
SEMESTER I
NAMA           : SYARIF ROHENDI
KELAS          : 9 C
NPM               : 14870062

SOAL
1.      Phylosophy of Science tumbuh dari confirmatory theories (positivisme), ke confirmatory theories dan theories of explanation (postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of explanation (postmodernisme)
1.1  Jelaskan konsep filsafat ilmu dan kaitannya dengan penyusunan tesis bagi mahasiswa Program Pascasarjana
1.2  Salah satu karakteristik berfikir filsafat spekulatif, universal, dan komprehensif. Jelaskan hal itu dan berikan ilustrasi secukupnya dlam bidang keilmuan anda.
1.3  Apa implikasi ontologi, epistemologi, dan aksiologi bagi tentatif tesis Anda
1.4  Jelaskan perbedaan dan persamaan antara Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah
1.5  Jelaskan keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran. Berikan ilustrasinya melalui proposal tentatif tesis anda
2.      Dalam filsafat ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat dan asumsi dasar ilmu, komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki ilmu yang diragukan kebenarannya. Upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu itu tidaklah dilakukan dengan semena-mena, melainkan dilakukan dengan prosedur tertentu menurut metode ilmiah yang berupa langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah berupa langkah-langkah sistematis yang disebut metodologi penelitian.
2.1  Jelaskan keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian. Berikan ilustrasinya melalui proposal penelitian tesis anda
2.2   Jelaskan hubungan antara ilmu, filsafat, dan agama? Berikan penjelasan yang disertai dengan ilustrasi tentang hal tersebut
2.3  Jelaskan pula komponen-komponen pembangun ilmu
2.4  Proposisi sebagai pembangun teori atau ilmu dan jelaskan 10 macam proposisi (5pasang) linkage proposition serta lengkapi dengan contoh masing-masing
JAWABAN
1.1  Prof.Dr.H.Endang Komara,M,Si menyebutkan dalam abstrak makalahnya sebagai bahan kajian sebagai berikut :
Filsafat ilmu menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya. Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun induktif. Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai, yang disebut pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi tingkat tinggi, dan hukum-hukum).” (endangkomara’s Weblog,2009)
Beranjak dari pengertian filsafat dan filsafat ilmu memiliki implikasi dan manfaat terhadap mahasiswa pasca sarjana sebagai seorang ilmuwan dengan spesifiaksi bidang keilmuan yang dimiliki (khususnya di bidang pendidikan IPS):
1.      Bagi mahasiswa yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial untuk menjadi landasan berpijak yang kuat. Ini berarti bagi ilmuwan sosial perlu mempelajari dasar-dasar ilmu alam secara global, sebaliknya ilmuwan ilmu alam perlu memahami dasar-dasar ilmu sosial. Sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif dan berguna untuk memcahkan masalah-masalah kemanusiaan.
2.      Menjadi mahasiswa tidak berpola pikir menara gading, yaitu berfikir parsialisme. Tetapi menjadikan mahasiswa mampu mengaitkan berbagai disiplin ilmu dengan realitas kehidupan sosial kemasyarakatan
3.      Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga menjadikan mahasiswa menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Artinya, mahasiswa pasca sarjana sebagai seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap paling tahu dan “sok” tahu. Karena dengan berfikir filsafati memunculkan kedasaran diri semakin mengerti ketidaktahuannya akan segala sesuatu.
4.      Menjadikan mahasiwa berfikir logis-rasional. Hal ini dikarenakan filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
1.2 Salah satu karakteristik berfikir filsafat spekulatif, universal dan komprehensif. Jelaskan hal itu dan berikan ilustrasi secukupnya dalam bidang keilmuan anda
Salah satu karakteristik berpikir filsafati adalah komprehensif. Jelaskan hal itu dan beri ilustrasi di bidang keilmuan. Karakteristik berpikir filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ad langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yangmlogis atau tidak. Ontology ilmu berkaitan dengan apa yang menjadi bidang telaah ilmu. Saya sependapat bahwa bidang kajian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur. Artinya bidang kajian ilmu adalah segala sesuatu yang berada didalam jangkauan pengalaman manusia. Pengalaman disini menunjukkan tentang adanya sesuatu yang telah kita alami dan kita mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan pengalaman tersebut kepada orang lain atau yang kita sebut dengan empiris. Sedangkan hal-hal yang diluar jangkauan pengalaman manusia, misalnya apa yang terjadi sesudah seseorang meninggal dunia, bukan merupakan bidang kajian ilmu. Kiranya sampai saat ini belum pernah ada orang yang pulang kembali dari alam kubur dan menceritakan pengalamannya di alam kubur.
1.3 Implikasi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi bagi Tentatif Tesis
Dalam kesempatan ini izinkan penulis bermaksud untuk mengupas pandangan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi. Pada kesempatan ini penulis mengambil contoh implikasi ontologi,epistemologi dan aksiologi bagi penyusunan tentatif tesis tentang PANCASILA,misalnya dengan judul “Peranan guru dalam penerapan sila-sila Pancasila terhadap peserta didik Kelas X di SMAN 1 Saguling Kabupaten Bandung Barat “ ,sebagai berikut:
Ø  Epistemologi
Bidang ini disebut juga teori pengetahuan, membahas mengenai sumber pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dalam kamusnya, Runes mengartikan epistemologi sebagai “ the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge”. Runes juga menyebut bahwa pencipta istilah epistemology adalah J.F.Ferrier pada tahun 1854 (Runes,1971:94)
Dengan mengkaji epistemologi dapat diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga (3) cara, yaitu cara sains, cara filsafat, dan cara latihan rasa, namun secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar(Tafsir,1990).
Kajian epistemologis Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan (sumber pengetahuan, teori kebenaran pengetahuan,
watak pengetahuan).
1.      nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia.
2.      logisitas yang harmonis antara akal, rasa, dan kehendak manusia untuk memperoleh kebenaran yang tertinggi.
3.      Pancasila mendasarkan pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai
Ø  Ontologi
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Hakekat dasar ontologis Pancasila adalah manusia karena manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila pancasila
Ø  Aksiologi
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara utuh Pancasila dapat dikatakan memiliki syarat sebagai sebuah sistem filsafat, disebabkan hal-hal berikut ini :
·         Sistematis, fundamental, universal, integral, dan radikal mencari kebenaran yang hakiki
·         Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaitu Tuhan yang Maha Esa
·         Monodualisme dan monopluralisme atau integralistik yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan kekeluargaan
·         Memiliki corak universal terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama silan III, IV dan V
·         Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus)
·         Harmoni Idiil (asas selaras, serasi dan seimbang)
·         Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibilitas
·         Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas)
Demikianlah implikasi ketiga bidang filsafat terhadap variabel, dalam hal ini adalah Pancasila. Saya mengambil judul tentatif tesis “Peranan guru dalam penerapan sila-sila Pancasila terhadap peserta didik Kelas X di SMAN 1 Saguling Kabupaten Bandung Barat “

1.4  Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah
Perbandingan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Sains Tauhidullah dari segi holistik antara lain :
Ø  Filsafat Barat
Filsafat ini memang dikembangkan dan ditengarai hidup menjadi corak hidup di daerah western dunia ini terutama eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Dasar dari filsafat ini adalah teori – teori yang diwariskan dari orang Yunani Kuno. Menurut Takwin (2001) dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal dan kritis seringkali merujuk pada pengertian yang ketat dan harus mengandung kebenaran dari sisi logika. Aliran – aliran yang berkembang dalam konteks Filsafat Barat diantaranya Aliran Empirisme, Positivisme, dan filsafat analitik yang memberikan kriteria bahwa suatu pemikiran dapat dianggap filosofis apabila mengandung kebenaran korespondensi dan koherensi.
Korespondensi artinya sebuah pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan empirisnya. Sebagai contoh jika pernyataannya “air sungai mengalir” maka kebenaran terjadi apabila secara empiris indra kita menangkap kenyataan bahwa air di sungai memang mengalir. Jika ternyata air di sungai tidak mengalir, misalnya membeku, maka pernyataannya dianggap salah.
Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai benar apabila pernyataan itu mengandung koherensi logis, dalam artian dapat diuji dengan menggunakan logika barat.
Filsafat Barat secara sistematis mengkaji terhadap 3 (tiga) bidang kajian yaitu : (a)bidang kajian tentang keberadaan/being (ontologis), (b) mengkaji pengetahuan(epistemologis), (c) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh Filsafat Barat adalah Wittgenstein, Immanuel Kant, Rene Descartes
Ø  Filsafat Timur
Dikembangkan di kawasan Asia seperti Tiongkok, India, dan daerah-daerah lain yang budayanya terpengaruh oleh negara-negara tersebut. Sebuah ciri yang menonjol pada Filsafat Timur adalah adanya pengaruh kuat dari religi yang terpadu dalam belief system penganutnya.
Filsafat Agama ini sebenarnya mirip dengan Filsafat Barat pada abad pertengahan diman segala pemikiran filsafat disandarkan pada aspek ketuhanan. Tetapi bagaimanapun di Dunia Barat Filsafat ‘an sich’ masih lebih menonjol daripada nilai-nilai agama. Beberap filsuf yang namanya muncul dari kawasan ini diantaranya seperti Lao Tze, Kong Hu Chu, Zhuang Zi,dan lain-lain.
Dikarenakan pengaruh agama yang begitu kuat, kadang menyebabkan logika menerima suatu axioma, maka pemikiran filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Sebagai contoh, pada pemikiran Cina, sistematikanya berdasarkan pada konstruksi kronologis mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin,2001).
Ø  Sains Tauhidullah
Biasa dikenal dengan istilah Filsafat Islam, menempati posisi yang unik dan istimewa. Majid Fakhri menilai filsafat Islam sebagai mata rantai diantara filsafat barat dan filsafat timur, sehingga filsafat Islam memiliki kesamaan di satu sisi dengan filsafat barat (dari akarnya, yaitu Yunani Kuno) dan sisi yang lain berimpitan dengan filsafat timur (dari sisi ketuhanannya). Kecenderungan ini didasari keyakinan bahwa filsafat Islam telah berakhir dengan wafatnya Ibn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh Henry Corbin dan Louis Massignon yang menilai adanya eksistensi filsafat Islam.
Namun sesungguhnya setidaknya ada dua pendapat mengenai hal ini.
Pertama, ada anggapan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles melalui kitab-kitab yang ditulis ulang oleh St.Agustine (354-430 M) yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480-524M) dan juga John Scotus. Pendapat ini dibantah oleh Hoesin(1961) yang menyatakan bahwa salinan buku Aristoteles yang berjudul Isagoge, Categories dan juga Porphyry telah habis diluluhlantakkan oleh pasukan Romawi seiring dieksekusi matinya Boethius. Hal ini dibuktikan dengan penulisan ulang yang dilakukan oleh John Salisbury, seorang Guru Besar di Universitas Paris, terhadap buku Organon karangan Aristoteles. Salisbury menyalin buku tersebut dari terjemahan yang menggunakan bahasa Arab, ini mengindikasikan Eropa saat itu tidak mempunyai lagi salinan karya Aristoteles (Haerudin,2003)
Kedua, dinyatakan bahwa para filsuf Eropa belajar filsafat dari buku-buku filsuf Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Al Kindi, Al Farabi , dan lain-lain. Dari anggapan ini, terpotret peran filsafat Islam yang begitu vital dan krusial dalam perkembangan filsafat ilmu.
Kartanegara (2006) meyakini adanya 4 aliran dalam filsafat Islam yaitu :periperatik, iluminasionis(israqi), irfani (tasawuf) dan aliran hikmah muta’aliyyah (teosofi transeden). Islam menempatkan Ilmu (al’ilm) sebagai hal yang utama, setidaknya dalam Al-Qur’an disebutkan lebih dari 780 kali kata tersebut. Bahkan salah satu ayatnya disebutkan “ walaa taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun” , Islam mensyaratkan ilmu untuk beramal. Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi disebutkan :”ilmu yang diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia pada hari akhirat dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya, Penciptanya, para nabiNya, utusan Alloh, umarro,sifat Tuhan, hari akhirat, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Alloh”.
Dalam Sains Tauhidulloh, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa relasi dan relevansinya adalah dengan kuasa Illahi. Dengan demikian, penelitian tentang alam semeste tidaklah ditujukan untuk “menciptakan” kebenaran, akan tetapi untuk mendorong kita untuk “mengenal” Tuhan dan menambah keyakinan tauhidulloh. Fenomena alam bukanlah suatu kebetulan ataupun hasil pemikiran seseorang, bukan pula berdiri independen sebagai realitas, namun tegas Islam mendeklarasikan bahwa fenomena alam tersebut adalah ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Fenomena Alam sebagai ayat-ayat Qauniyyah sangat erat kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai ayat-ayat Qouliyyah.

1.5 Jelaskan keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Berikan ilustrasinya melalui proposal tentatif anda
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu memiliki bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Sumadi Suryabrata (1983) merinci langkah-langkah penelitian pada umumnya terdiri dari ;
1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
2. Penelaahan kepustakaan
3. Penyusunan Hipotesis
4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan.
Djadja Saefullah menyebutkan unsur Latar Belakang Masalah, Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran dalam penyusunan hasil penelitian. Secara rinci beliau menjelaskan tentang hal-hal berikut :
Ø  Rumusan Masalah merumuskan masalah penelitian dengan memperhatikan :
· Menyatakan dengan jelas, tegas, dan konkrit masalah yang akan diteliti
· Relevan dengan waktu
· Berhubungan dengan suatu persoalan teoretis atau praktis
· Berorientasi pada teori (teori merupakan body of knowledge)
· Dinyatakan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang mengandung masalah
Ø  Kajian Pustaka (difokuskan pada penelitian sebelumnya)
Sebelum menyusun tesis dan disertasi, penulis tentunya telah mencari kemudian membahas terbitan-terbitan (publikasi) yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Untuk itu, literature review dari setiap terbitan/buku/publikasi yang dianggap relevan dibahas secara kritis, yang meliputi :
· Siapa yang pernah meneliti topik atau masalah itu
· Dimana penelitian itu dilakukan
· Apa unit dan bidang studinya
· Bagaimana pendekatan dan analisisnya
· Bagaimana kesimpulannya
· Apa kritikan terhadap studi itu
Ø  Kerangka Pemikiran
Merupakan rangkaian penalaran dalam suatu kerangka berdasarkan premis-premis untuk sampai pada simpulan-simpulan yang berakhir pada hipotesis-hipotesis yang akan diuji secara empiris (kalau perlu ditampilkan dalam bentuk bagan alur pemikiran).
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat rangkaian keterkaitan antara latar belakang masalah dengan tinjauan pustaka, tinjauan pustaka dengan kerangka pemikiran dan latar belakang masalah dengan kerangka pemikiran seperti berikut ini :
Dari flow chart di atas terlihat bahwa teori-teori yang dicantumkan dalam kerangka pemikiran merupakan teori-teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah.
Informasi kepustakaan yang telah didiskusikan dan diungkap dalam kajian kepustakaan selanjutnya dipilih dalam kerangka pemikiran berupa teori-teori dasar maupun konseptual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar